Rabu, 08 Januari 2020

[08. Unexpected]

Memilih prodi bahasa adalah dalih untuk menghindari eksak? Hm, maybe yes.. Maybe no.. Hehe, maybe a little agree!! 

Ketika di SMA berbicara IPA, ya seharusnya sudah cukup akrab dengan angka. Tidak hanya sekadar angka namun sederet rumus beserta rupa-rupanya. 

"Statistika" mendengar itu aku tidak syok. Tetapi, rasa-rasanya sudah sangat lama aku tidak berkutat dengan sederet angka demi angka itu. Semester 5 hampir nahas hanya karena Statistika, aku benar-benar hampir melupakan sebagian ilmu Metik di SMA. 

UAS pun tiba, mata kuliah Statistika diuji di ujung tanduk sebagai penutup pekan UAS. Sampailah kami berjumpa di hari yang cukup dilema, antara lega dan merana. Qodarullah, Allah menyibukkanku di aktivitas selain belajar soal-soal statistik. Aku pasrah sembari menuntaskan tugas akhir sebelum masuk ujian. Selang beberapa saat jam ujian, aku mengetuk layar ponsel dan masuk ke beranda status whatsapp. Ada apa ini isinya keluhan gagal pulang kampung. Seketika aku membuka ruang grup kelas yang tertimbun oleh notifikasi lain. Pesan penting itu adalah tentang pengunduran jadwal ujian Statistika yang sebenarnya sudah tercantum dalam jadwal resmi itu pun diundur tiga hari kemudian. Kok bisa diundur tiba-tiba? 

Ya,  ternyata dosen punya kuasa. Yang kupikir ini pastinya atas kehendak Yang Maha Kuasa. 
Then,  what the results? 
Barakallah,  I got pretty good score and safe!!!  Not only about this test but over all the grades I've earned in my academic.

Ini baru secuil kisah-kisah keajaiban perihal duniawi yang baru tertulis, sedangkan masih banyak dari sekian keajaiban dalam perjalanan hidup yang telah dilalui... So, jangan ragu sama Allah. Mungkin ini bisa dibilang hal sepele, tapi yaaa percayalah, "jika kamu menolong agama Allah, maka Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad:7) 

Upload beruntun #30haribercerita
Selamat #30HBC2008
[07. On Air]

Gumpalan awan gelap memekat mengalahkan sengitnya surya di siang hari. Gemuruh pun sorak sorai mendukung pasukan air untuk terjun bebas. Hujan di Rabu siang saat itu pun tak terbendung. 

Aku mengetuk layar ponselku beberapa kali. Menghitung maju jarum jam on air di salah satu saluran radio lokal, 88.5 FM RRI Samarinda. Kian gusar ketika waktu semakin dekat. Cuaca saat itu sebenarnya mencerminkan suasana diriku yang sempat meragu. Apakah aku yakin bisa melakukannya? 

Tepat pada pukul 16.00, pada pukul yang sudah ditentukan. Sementara aku belum hadir di lokasi. Genangan air di mana-mana sementara banyak kendaraan tengah merayap. 

Pasukan air langit pun akhirnya mau mengalah. Aku pun berangkat bersama adik bayangan. Yah, dia suka dibilang seperti itu. 
"Kak, mau siaran Opus ya?" sapa seseorang sesampainya di stasiun radio. 
"Iya Kak, telat banget ya? "
"Eum, iya sih. Eh, ga juga. Silakan masuk." 
Seketika hawa pendingin ruangan itu menusuk ke tulang efek menerjang rintikan hujan di luar. 
"Kita mulai 5 menit lagi ya, kak." ia memastikan mikrofon dan headset dalam keadaan ready. Kemudian mempersilakanku untuk menggunakannya. Ternyata dia adalah moderator yang akan memandu siaran Opus pada sore hari itu. 
Baiklah, ini adalah kenyataan yang harus kuhadapi di mana rasa ketidakpercayaan diri itu mulai menghantui. Seiring berjalannya waktu, aku berusaha menutupnya dengan merangkak sebuah kalimat "hukum menutup aurat itu bukan semata menindas, tetapi itu adalah tentang membebaskan diri dari mata-mata jahat."

Apakah ini #30haribercerita ?
Ternyata aku baru di #30hbc2007
[06. Takjub] 

Masih dalam perjalanan tapak kaki kehidupan. Kini, terhitung usiaku telah 20 tahun. Entah, sudah berapa kali aku tersandung pada pematang jalan yang kukira indah. Namun nyatanya, kian sukar bahkan hampir-hampir membuatku tersungkur. Pematang fatamorgana,  ia membias sebab hawa nafsu semata. Lalu, tatapku mengarah pada birunya langit. Aku pikir seluas itu pula harapanku. Aku pun bangkit kembali sembari membasuh luka. Untungnya luka itu tidak busuk. Ia hanya meregenerasi yang sempat tergores. Kekata pepatah bijak,  ia akan melembut seiring berjalannya waktu bersamaan dengan nutrisi ruhiyah yang senantiasa tercukupi. Maka atas bimbingan-Nya, ia pasti akan terpaut. 

Pematang takdir itu benar adanya. Titiannya memang berbeda-beda. Jauh perjalanannya dan entah kapan bermuaranya. Tetapi, aku yakin dengan sejuknya angin yang akan membawa segalanya pada sebuah navigasi intuisi. Maka pastikan diri, jangan pernah menepi.. Teruslah berbenah dan memperbaharui niat dengan setulus hati kepada Allahu Robbi. 

Ingat wahai diri, Allah itu dekat.. Allah Maha Melihat segala bentuk maksiat karena Allah lebih dekat daripada urat leher. 

Jemariku kini getir. Apakah aku benar-benar tertampar atas apa yang selama ini sudah kutulis? Tentang masa lalu, hari kemarin, yang semua akan menjadi terbit menjadi buku pertanggungjawaban di yaumil akhir. 

Bukan #30haribercerita
Abaikan #30hbc2006
Tulis aja selagi mampu.

Rabu, 01 Januari 2020

[01. Manifestasi Hati]

Delusi bayang semu pernah mendistraksi kejumudan diri, sesekali. Diri yang terombang-ambing oleh sengketa batin yang tak bisa diprasangkai dengan praduga tak bersalah. Di ujung jalan meneteskan permata tentang rasa yang terpelihara. 
"Pastikan dakwah tetap berpijak,  di mana pun kau berada." Seorang sahabat mengelus pundakku yang hampir runtuh. 
Refleksi 2019, mengajarkan bahwa proses memelihara hidayah dalam jamaah itu tidak mudah. Kata seorang nakhoda, "fisikmu boleh lelah, tapi imanmu tidak boleh lemah. " 
Rasa-rasanya setahun belum cukup terbina, maka dibina dan membina adalah harta sepanjang masa. 

#30haribercerita
#30HBC
#30HBC2001

Sabtu, 09 Januari 2016

Ruang Qalbu #4 (Ending)

Hari-hari yang ku jalani di masa putih abu-abuku yang telah banyak memberikan warna-warna yang berbeda di setiap harinya. Maka tak heran orang menyebutnya masa-masa terindah. Aku memang belum merasakan semuanya karena aku baru saja naik tingkat menjadi murid bangku kelas 2 SMA. Masih dengan perasaanku terhadap sesosok lelaki yang ku idamkan. Aku kembalikan niatku karena Allah, aku ingin mencoba mensucikan perasaan ini karena Allah Ta’ala. Aku berteman baik dengan dirinya bahkan disaat dirinya mengetahui apabila aku menyukainya. Kami bersama-sama dalam kisah pertemanan satu organisasi bukan teman satu kelas. Aku merasa sangat senang bisa bersama dalam organisasi yang sama dan saling bekerja sama. Memang semua terjalin dengan baik antara aku dan dirinya. Namun tetap saja ada pahit manisnya perasaan yang ku alami. Perasaan kelam yang sangat menguras lubuk hati. Sudah ku ketahui sejak awal bahwa ia memang memiliki pujaan hati yang telah lama ia idamkan. Itu bukan aku. Dan aku tau itulah resiko yang kini ku hadapi. Siapa yang bisa melarang? Aku sendiri tak punya hak dalam urusan perasaan orang lain. Anggap saja dia adalah aku dan aku adalah dia. Bagaimana ketika aku mengangguminya, dan bagaimana dia pun menganggumi seorang wanita yang baik nan cantik jelita itu. Kami sama-sama punya hak dalam perasaaan selera hati. Aku menyadari akan keterbatasan diri yang tidak bisa aku lebih-lebihkan. Aku dengan segala kekuranganku pun bercermin. Aku yang minder akan diri sendiri seringkali tak percaya diri apabila aku berada di dekat dirinya, dia sudah pasti melirik seseorang yang ia suka dibanding diriku ini. Namun sebenarnya bukan tujuanku untuk dilirik, setidaknya perasaanku ini terbalas walaupun hanya sedikit. Ego ku memang masih cukup terkendali, walaupun sering merasa tak enak hati. Tak apa, jangan khawatirkan ini. Aku tau bahwa dialah cobaan yang Allah berikan untukku untuk menguji seberapa tebal keimanan dan nafsu yang ku miliki. 

Ruang Qalbu #3

Aku kembali termenung dan mencoba kembali bangkit dari penjajahan hawa nafsu setan. “Ya Allah, ampunilah diriku yang hina ini” tangisku dalam panjatan do’a-doa yang menguatkan diri. Dari pengalaman kedua diriku jatuh bangun karena perasaan suka terhadap lawan jenis membuatku memiliki pelajaran yang berarti dalam hidupku dan berharap agar hal ini tak akan terulang sampai aku benar-benar menemukan jodohku yang telah tertulis di Lauh Mahfudz. Istighfar, Ikhtiar, Tawakal, Ikhlas, Ridho, dan terus mencoba memperbaiki diri. Ternyata aku kembali diuji dengan seseorang yang begitu sholeh dimataku, baik akhlaknya, dan pemilik suara merdu yang pandai bertilawah. Perang yang terus berkelanjutan dalam diri ini, tak tertahan lagi sampai diriku terus memuji-mujinya dalam hatiku yang teramat dalam. Sesosok lelaki idaman yang aku pun terlalu berharap sampai-sampai perasaanku ini tak lagi ku pendam sendiri namun sudah terlanjur diketahui semua orang di sekitarku dan bahkan dirinya mengetahui bahwa aku sangat mengidamkannya. Aku semakin bersemangat dalam meningkatkan ibadah karena dirinya, karena aku berusaha ingin menjadi seseorang yang ia pilih. Tiada ku sadari hal ini bersarang dalam hati, cobaan yang lebih berat dari sebelumnya. Niat yang lillahi ta’ala seketika berubah pada awal-awal aku menyukainya, aku yang terlalu luluh terhadap nya sehingga aku lupa akan niatku sendiri.”Yaa Allah, apa yang telah diriku lakukan dan telah seberapa besarkah kehinaan ini. Ampuni Hambaa..” kembali ku panjatkan do’a ketika ku mulai tersadarkan akan hasutan setan yang sangat halus. Sungguh aku ingin kembali ke jalan yang benar. 

Ruang Qalbu #2


Masa Remaja yang baru saja ku mulai di masa putih biru ku ini, ku lewati dengan keceriaan bersama para sahabat disekitarku. Dan tetap dengan perasaan yang terpendam terhadap pujaan hati disaat hampir kelulusan masa putih biru. Akhirnya aku memasuki jenjang pendidikanku pada tingkat Sekolah Menegah Atas. Sudah ku ketahui sejak awal bahwa sekolah yang ku inginkan bukan yang ia inginkan, jadi sudah pasti aku harus merelakannya dengan perasaan yang belum terbalaskan selama sekali. Aku tidak peduli, dan mungkin ini adalah jalan terbaik demi kedepannya.
Aku yang sudah ternetralisirkan oleh racun yang pernah menjangkiti hatiku dulu tiba-tiba datang seseorang yang menyatakan rasa sukanya terhadapku. Menurutku ia adalah seseorang yang ideal dibandingkan dengan orang yang pernah aku suka dahulu, namun apakah orang ini akan benar-benar mencuri hatiku? Pikirku berkepanjangan dalam setiap siang malamku ketika aku terus berbalas pesan melalui SMS. Ternyata benar, hatiku benar tercuri olehnya. Aku yang berpengalaman diracuni oleh bunga-bunga khayalanku dahulu, sekarang aku benar-benar merasakan bunga-bunga sungguhan yang bersemi di hatiku karena kami memiliki perasaan yang sama yaitu, saling suka! Tetapi tetap saja aku bersikukuh untuk tidak berpacaran dulu, sampai pada akhirnya aku menolak beberapa kali ketika ia ingin aku menjadi kekasihnya. Ternyata tolakanku tersebut membuatnya menjauh dan mulai menjauh sampai aku merasakan kehampaan yang sangat luar biasa dan untuk pertama kalinya aku merasakan patah hati yang seluar biasa dahsyat bagiku.