Hari-hari
yang ku jalani di masa putih abu-abuku yang telah banyak memberikan warna-warna
yang berbeda di setiap harinya. Maka tak heran orang menyebutnya masa-masa
terindah. Aku memang belum merasakan semuanya karena aku baru saja naik tingkat
menjadi murid bangku kelas 2 SMA. Masih dengan perasaanku terhadap sesosok
lelaki yang ku idamkan. Aku kembalikan niatku karena Allah, aku ingin mencoba
mensucikan perasaan ini karena Allah Ta’ala. Aku berteman baik dengan dirinya bahkan disaat dirinya mengetahui
apabila aku menyukainya. Kami bersama-sama dalam kisah pertemanan satu
organisasi bukan teman satu kelas. Aku merasa sangat senang bisa bersama dalam
organisasi yang sama dan saling bekerja sama. Memang semua terjalin dengan baik
antara aku dan dirinya. Namun tetap saja ada pahit manisnya perasaan yang ku
alami. Perasaan kelam yang sangat menguras lubuk hati. Sudah ku ketahui sejak
awal bahwa ia memang memiliki pujaan hati yang telah lama ia idamkan. Itu bukan
aku. Dan aku tau itulah resiko yang kini ku hadapi. Siapa yang bisa melarang? Aku
sendiri tak punya hak dalam urusan perasaan orang lain. Anggap saja dia adalah
aku dan aku adalah dia. Bagaimana ketika aku mengangguminya, dan bagaimana dia pun
menganggumi seorang wanita yang baik nan cantik jelita itu. Kami sama-sama
punya hak dalam perasaaan selera hati. Aku menyadari akan keterbatasan diri
yang tidak bisa aku lebih-lebihkan. Aku dengan segala kekuranganku pun
bercermin. Aku yang minder akan diri sendiri seringkali tak percaya diri
apabila aku berada di dekat dirinya, dia sudah pasti melirik seseorang yang ia
suka dibanding diriku ini. Namun sebenarnya bukan tujuanku untuk dilirik,
setidaknya perasaanku ini terbalas walaupun hanya sedikit. Ego ku memang masih
cukup terkendali, walaupun sering merasa tak enak hati. Tak apa, jangan
khawatirkan ini. Aku tau bahwa dialah cobaan yang Allah berikan untukku untuk
menguji seberapa tebal keimanan dan nafsu yang ku miliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar