Sabtu, 09 Januari 2016

Ruang Qalbu #4 (Ending)

Hari-hari yang ku jalani di masa putih abu-abuku yang telah banyak memberikan warna-warna yang berbeda di setiap harinya. Maka tak heran orang menyebutnya masa-masa terindah. Aku memang belum merasakan semuanya karena aku baru saja naik tingkat menjadi murid bangku kelas 2 SMA. Masih dengan perasaanku terhadap sesosok lelaki yang ku idamkan. Aku kembalikan niatku karena Allah, aku ingin mencoba mensucikan perasaan ini karena Allah Ta’ala. Aku berteman baik dengan dirinya bahkan disaat dirinya mengetahui apabila aku menyukainya. Kami bersama-sama dalam kisah pertemanan satu organisasi bukan teman satu kelas. Aku merasa sangat senang bisa bersama dalam organisasi yang sama dan saling bekerja sama. Memang semua terjalin dengan baik antara aku dan dirinya. Namun tetap saja ada pahit manisnya perasaan yang ku alami. Perasaan kelam yang sangat menguras lubuk hati. Sudah ku ketahui sejak awal bahwa ia memang memiliki pujaan hati yang telah lama ia idamkan. Itu bukan aku. Dan aku tau itulah resiko yang kini ku hadapi. Siapa yang bisa melarang? Aku sendiri tak punya hak dalam urusan perasaan orang lain. Anggap saja dia adalah aku dan aku adalah dia. Bagaimana ketika aku mengangguminya, dan bagaimana dia pun menganggumi seorang wanita yang baik nan cantik jelita itu. Kami sama-sama punya hak dalam perasaaan selera hati. Aku menyadari akan keterbatasan diri yang tidak bisa aku lebih-lebihkan. Aku dengan segala kekuranganku pun bercermin. Aku yang minder akan diri sendiri seringkali tak percaya diri apabila aku berada di dekat dirinya, dia sudah pasti melirik seseorang yang ia suka dibanding diriku ini. Namun sebenarnya bukan tujuanku untuk dilirik, setidaknya perasaanku ini terbalas walaupun hanya sedikit. Ego ku memang masih cukup terkendali, walaupun sering merasa tak enak hati. Tak apa, jangan khawatirkan ini. Aku tau bahwa dialah cobaan yang Allah berikan untukku untuk menguji seberapa tebal keimanan dan nafsu yang ku miliki. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar